Thursday, January 04, 2007

Komentar Terbaik

Ini dia pemenang komentar terbaik untuk Lost in Teleporter dan Siapa Bilang Kawin itu Enak?:

Lost in Teleporter
==================
Pemenang I komentar terbaik: Bahtiar HS

Pemenang II & III: Melody Muchransyah, Rini Nurul Badariah

Siapa Bilang Kawin itu Enak?
=============================
Pemenang I komentar terbaik: Hernadi Tanzil

Pemenang II & III: Chelly TW, Melody Muchransyah

Pemenang komentar terbaik keseluruhan: Hernadi Tanzil

Selamat buat semua pemenang dan terimakasih untuk semua peserta.

Saturday, December 16, 2006

Review Engkus Kusnandar

Diambil dari http://zahra004.blogdrive.com/archive/125.html

Crispy n Renyah


siapa bilang kawin itu enak?hayo siapa yang berani bilang begitu dijamin bakalan berubah pikiran untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Loh kok bisa begitu?karena, kumpulan cerpen ini memberikan kejutan-kejutan sederhana yang ringan, humanitis dan terkadang menggelitik.

Jadi untuk kamu-kamu nih para calon pengantin yang akan segera menikah atau pasangan yang lagi dimabuk asmara atau siapapun yang membutuhkan dan percaya pada cinta perlu berpikir ulang lagi tentang pelaksanaan impian indah sepasang anak manusia setelah membaca kumpulan cerpen ini hehe, tapi kamu dijamin nggak bakalan nyesel karena gaya bercerita penulis yang tidak membosankan dan diangkat dari tema couple yang menarik.

Namun sayangnya, keberagaman cerita menjadi kurang tercipta karena sebagian besar point of viewnya diambil dari sudut pandang seorang perempuan, hanya sebagian kecil saja yang menilik pandangan dari kaum adam. Tapi jadi banyak hikmahnya tuh untuk kaum adam karena mereka jadi lebih bisa mengerti kaum hawa.

Kumpulan cerpen siapa bilang kawin itu enak ini memiliki kelebihan dan kekuatan dalam penyampaian cerita dan gaya bertuturnya yang ringan seperti pengobrol, begitu ringannya sehingga bisa dijadikan seperti camilan yang...hmm, crispy.

Jadi untuk kamu yang belum baca kumpulan cerpen ini, perlu mencoba dan merasakan kerenyahannya.

Review Om Tan

Diambil dari http://bukuygkubaca.blogspot.com

Judul : Siapa Bilang Kawin Itu Enak ?
(Kumpulan certia pendek tentang pasangan muda)
Penulis : Tria Barmawi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : September 2006
Tebal : 176 hlm ; 21 cm

Judul kumpulan cerpen ini sangat provokatif. Bagaimana tidak, dalam benak kita pernikahan adalah sesuatu yang indah dan menjadi peristiwa yang sangat dinantikan bagi mereka yang telah memiliki pasangan yang serius, menikah adalah momen paling membahagiakan seperti yang dilihat dalam film-film drama romantis.
Apakah buku ini memang mencoba menjungkirbalikkan pandangan umum tentang indahnya pernikahan ? Tentu saja tidak! Buku ini hanya memandang saat pernikahan dan masa-masa setelahnya dalam sudut pandang yang berbeda. Sesuai dengan sub judulnya, "Kumpulan cerita pendek tentang pasangan muda", semua cerita pendek yang terdapat dalam buku ini menceritakan tentang suka duka pasangan muda dalam menjalani pernikahan mereka.

Buku yang diberi label Metropop oleh penerbitnya ini berisi 17 cerpen yang dipilah berdasarkan tema yang lebih sempit lagi menjadi 5 bagian yang terdiri dari, Dua Jadi Satu, Tabir Mulai Terkuak, Cinta tak lagi cukup, Bumbu Cinta, Bersama Selamanya.
Pada Bagian Dua Jadi Satu, bab ini berisi dua buah cerpen dengan kisah-kisah sebelum pernikahan itu berlangsung. Salah satunya cerpen yang dijadikan judul buku ini : "Siapa Bilang Kawin Itu Enak". Cerpen ini menceritakan bagaimana ribetnya mempersiapkan sebuah pernikahan, mulai dari soal undangan, seragam, katering, dll. Sini, aku kasih tahu ya,! Satu. Camkan. Persiapan pernikahan adalah mimpi buruk. Dari beberapa bulan, bahkan mungkin satu tahun sebelum Hari-H, kalian bakalan dibuat sibuk segala macam hal. (hal 22). Tidak itu saja, ‘siksaan-siksaan’ yang harus dilalui sang pengantin di hari pernikahannya pun terungkap secara menarik dan lucu. Pada akhirnya alih-alih hari-H yang seharusnya menjadi puncak kebahagiaan, malah menjadi puncak dari sebuah mimpi buruk.

Di bagian kedua hingga bagian kelima, tema-tema cerpen bergeser pada masalah-masalah sepele yang kerap timbul bagi para pasangan muda yang belum lama menikah. Berbagai cerita yang menggelitik dan inspiratif terdapat didalamnya, antara lain keributan di kamar tidur seperti yang terungkap dalam cerpen "Di Kamar Tidur" yang mengungkap bagaimana kebiasaan suami dan istri menjelang dan pada saat tidur dapat memicu sebuah konflik seperti posisi tidur, suhu AC, menonton TV, lampu kamar, dll.
Tidak hanya masalah kebiasaan dalam tidur, persoalan yang menyangkut selera lidahpun terungkap dalam buku ini. Dalam cerpen "Ketika Lidah Jadi Masalah" dikisahkan pasangan berbeda bangsa yang bermukim di Malaysia dimana Raj seorang Malaysia keturunan India beristrikan seorang Indonesia bernama Nina. Dalam hal makanan Raj hanya bisa mengkonsumsi makanan kari khas India kesukaannya. Selama tinggal di Malaysia hal ini tak menjadi masalah karena Nina tetap setia memasakkan kari untuk Raj. Persoalan timbul ketika mereka mengunjungi keluarga Nina di Indonesia dan bumbu instan kari yang dibeli di Malaysia tertinggal. Cerpen ini menarik karena penulis memasukkan dialog-dialog khas melayu yang bagi kita terdengar lucu, misalnya komentar Raj terhadap sayur sop : "Tapi I tak suka apa itu..masakan Indonesia. Nanti you buat I makan macam masakan you di sini..sayur without spices itu…",…"Sedep macam mane? Sayur dak de warna, tak de rasa…mana boleh cakap sedap lah!" (hal 56)
Tidak hanya itu, buku ini mengungkap pula bagaimana ketika cinta yang menggebu-gebu di awal masa pacaran menjadi hambar oleh rutinitas seperti yang terdapat dalam cerpen "Telah Terbiasa". Apalagi ketika kehadiran seorang bayi membuat seolah cinta yang tadinya hanya untuk masing-masing pasangan kini harus berbagi dengan hadirnya buah cinta mereka (cerpen Jealousy).

Secara keseluruhan cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku ini berisi cerita-cerita yang menghibur yang menceritakan bagaimana para pasangan muda harus beradaptasi dan berkompromi dengan pasangan hidupnya. Tidak ada cerita dengan konflik-konflik yang berat, tema-tema yang diangkat semuanya ringan-ringan saja, menggelitik, sederhana dan realistis dan sangat dekat dengan keseharian kita sehingga ketika kita membacanya kita seolah membaca kisah diri kita sendiri dan menertawakan diri sendiri.
Yang mungkin agak disayangkan adalah sudut pandang seluruh kisah dalam buku ini hanya diambil dari sisi pasangan muda nya saja. Andai beberapa cerpen disajikan dengan sudut pandang yang berbeda, misalnya dari sudut pandang orang tua atau mertua masing-masing pasangan, tentunya buku ini akan lebih ‘berwarna’

Selain itu walau tampaknya penulis mencoba menyuguhkan kisah-kisah yang realistis, ada dua buah cerpen yang tampaknya sedikit mengada-ngada. Pada cerpen "One Night in Valley" rupanya penulis terjebak dalam kisah-kisah romantis ala Hollywod dimana si pria memberikan cincin pada istrinya sambil mengungkapkan cintanya di sebuah restoran dengan disaksikan oleh para pengunjung restoran. Adegan ini mengingatkan kita pada adegan di film-film drama romantis. Kenyatannya untuk budaya timur rasanya hal seperti ini agak janggal untuk dilakukan.
Lalu pada cerpen "Telah Terbiasa", dikisahkan untuk mengatasi kejenuhan akibat rutinitas kehidupan perkawinan mereka, si istri menganjurkan suaminya untuk meminta tugas ke luar kota selama beberapa waktu. Rasanya hal ini tak lumrah dilakukan oleh seorang istri yang pada kisah ini masih sangat mencintai suaminya, mana ada sih istri yang mau ditinggal oleh suaminya dengan alasan jenuh pada pernikahan mereka ?
Namun terlepas dari hal-hal di atas ,secara keseluruhan kumpulan cerpen dalam buku ini tampaknya mampu memotret kehidupan pasangan muda dalam keseharian mereka. Semua cerita-ceritanya menghibur namun bukan sekedar membuat pembacanya tertawa, namun buku ini memberikan gambaran realistis bahwa kehidupan perkawinan tidak selamanya indah seperti dalam kisah-kisah dongeng. Pernikahan bukan hanya sekedar bukti cinta kita pada pasangannya melainkan pertautan dua hati beserta kebiasaan-kebiasaan masing-masing pribadi yang jika tidak dikomunikasikan dan diselaraskan akan memicu konflik dalam kehidupan perkawinan.

Sebagai tambahan, bagi pembaca yang telah menikah, beberapa cerpen dalam buku ini bisa dikatakan merupakan cerminan dirinya sehingga mereka umumnya akan berkata bahwa buku ini "Gue Banget!!!!"
@h_tanzil

Review Astra

Diambil dari http://bukubacaku.blogspot.com/

Judul : Siapa Bilang Kawin itu Enak
Penulis : Tria Barmawi
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, September 2006
Tebal : 176 hlm; 21 cm



Sebagai seorang lajang, tak pernah terbayangkan dalam benak saya bagaimana rasanya kehidupan berumah tangga. Paling-paling hanya melihat kehidupan pernikahan orang tua saya yang rasanya kok ajeg banget. Apa karena usia pernikahan mereka yang sudah puluhan tahun ya? Entahlah. Tapi kehidupan pernikahan menjadi sangat dinamis di tangan Tria Barmawi.

Banyak sekali pernak-pernik dunia pernikahan yang terasa lucu, unik, mellow, bahkan gokil yang terangkum dalam buku ini. Yang menarik, Tria bahkan mengelompokkan ke -17 cerita pendek-nya dalam sub-judul berbeda, seolah-olah menggambarkan fase-fase dalam dunia pernikahan itu sendiri. Simak misalnya sub-judul Dua Jadi Satu yang membawahi judul ”Lamarlah Aku Seperti Mereka” dan ”Siapa Bilang Kawin itu Enak?” Sesuai sub judulnya, cerpen ini mengisahkan langkah paling awal dari hidup berumah tangga: kawin alias nikah! Dari sub judulnya: Tabir Mulai Terkuak, Cinta Tak Lagi Cukup, Bumbu Cinta dan Bersama Selamanya, sudah bisa diduga fase pernikahan apa yang tengah dialami oleh setiap pasangan dalam kisah ini.

Dikisahkan dengan cara yang ringan dan jauh dari kesan porno (maklum deh, namanya juga lagi ngomongin soal pasangan muda kan, hehehe), semua cerita dalam buku ini lumayan bisa membuat saya berpikir tentang lika-liku kehidupan berumah tangga. Mulai dari kebiasaan tidur (Di Kamar Tidur; hal. 33), bedanya sifat pria dan wanita (Mars & Venus; hal. 43) hingga soal selera makan (Ketika Lidah Jadi Masalah; hal. 52). Ternyata lumayan seru dan asyik juga. Simak cerpen yang menjadi judul utama kumcer ini. Meski begitu banyak siksaan (sampe enam) – padahal mahligainya baru saja dimasuki – namun tokh tokoh gue dalam cerita ini tetap berkata bahwa kawin itu enak: ”Nah, jadi kata siapa kawin itu enak? Ya kataku dong...(hal. 30)

Selain lucu, cerita di dalamnya rata-rata mengandung suatu pesan tertentu. Seperti cerpen ’Takut’ (hal. 75) yang meski renyah dan ringan, namun mengusung hal yang lumayan serius: poligami dan perceraian. Namun diantara semuanya, cerita yang paling saya suka adalah “The Most Sensitive Person in the World” (hal. 64). Mungkin karena sifat saya yang mirip dengan karakter dalam kisah itu. Rasanya gue banget saat membaca kisah tersebut. Sementara “One Night in the Valley” (hal. 91) agak corny menurut saya. Too perfect saja rasanya.

Saya tadinya tidak ’ngeh’ kalau Tria tengah menceritakan pasangan yang berbeda-beda. Sadarnya baru saat memasuki cerita ke-3. Saya pikir tadinya malah Tria bukan tengah menulis kumcer, soalnya ceritanya seolah bersambung. Saya sampai harus kembali melihat cover dan setelahnya baru manggut-manggut (”Ooo, memang kumcer tho ternyata”). Yaaa...selain membuat salah persepsi tadi, kumcer ini lumayan membuat saya penasaran untuk segera merasakan dinamisnya kisah-kisah perkawinan dalam buku ini.

Thursday, November 16, 2006

Review Siska Utari

Dari http://siskautari.multiply.com/reviews/item/6

Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Tria Barmawi

Hwaaaaaa!
Finally...terbit satu lagi bukunya Iya. Kali ini bukan novel, melainkan kumpulan cerpen. Sebenernya saya ingin autographed versionnya kaya buku yang pertama, tapi berhubung Iya-nya lagi jauh di Malay dan saya nggak sabar menanti bukunya, akhirnya saya beli sendiri di Gramed (To Iya : Ntar kalo mudik tandatanganin yah :D).

Buku ini menarik banget...asli keren! Gaya berceritanya Iya banget. Jujur, blak - blakan, dan membuat saya nggak bisa berhenti membaca sampai cerpen terakhir.
Buku ini berisi kisah2 pasangan muda memulai dunianya bersama setelah selama ini menjalaninya terpisah. Bagaimana sebuah pernikahan yang selalu digambarkan happily ever after, sangat indah sehingga layak untuk diimpi-impikan, sehingga seringkali kita sering diburu-buru untuk melakukannya, ternyata faktanya gak seindah fairy tale. Banyak friksi, banyak konflik. Dari mulai saat lamaran, saat wedding party, pertama kali 'bertemu' di tempat tidur, tinggal bersama, penyesuaian soal selera, dll, dll.
Cocok banget dibaca buat yang belum merid (dan yang akan merid) supaya tidak terlalu bermimpi di awang2 (kalo mimpi terlalu tinggi, sakit jatohnya :D), sama buat yang udah merid untuk mengenang masa2 awal pernikahan.

Personally, buat saya, buku ini berhasil membuat kekhawatiran - kekhawatiran saya mengenai 'hidup bersama' (baca : menikah) menjadi sesuatu yang reasonable. Gimana saya takut banget kalo pesta pernikahan saya nanti nggak bisa berjalan lancar sesuai impian saya, tamu gak puas, saya nggak puas. Gimana saya takut banget kalo nanti nggak bisa tinggal serumah (even SEKAMAR) dengan suami saya karena saya sangat self-centered dan punya standard2 khusus yang sulit disesuaikan dengan orang lain (termasuk keluarga saya :D). Gimana saya takut banget kalo nanti nggak bisa menjadi istri, ibu dan mertua yang baik karena saya nggak bisa masak, saya workaholic dan saya benci tangisan bayi. Gimana saya takut banget kalo nanti saya nggak bisa mewujudkan rumah tangga yang SaMaRa dan akhirnya harus bercerai (Duh, amit2!) karena saya termasuk orang yang 'susah' dan sering kali terlibat konflik dengan orang lain, termasuk abang...yang insya Allah saya pilih untuk menjadi teman sehidup semati saya. Gimana kalo nanti ini...gimana kalo nanti itu.....banyak banget.
Dan setiap kali saya ditanya "Kapan nikah?" saya selalu nggak bisa menjawab, karena saya merasa belum siap menghadapi semua kekhawatiran2 saya tersebut. Dan setiap kali orang selalu mengatakan bahwa kekhawatiran saya itu nggak beralasan. Hah! Sekarang saya bisa bilang kalo kekhawatiran itu emang beralasan. Kalo saya benar! Dan saya memang harus khawatir dan saya harus siap menghadapi semua hal-hal yang menakutkan itu, supaya nanti saya bisa bilang kalo 'Kawin Itu Enak'. Hehehe...Thanks to Iya.

Cerpen favorit saya? SEMUANYA :D

Review Melody

dari http://novel_makcomblang.blogs.friendster.com/melodys_blog/

SIAPA BILANG KAWIN ITU ENAK?:

Kumpulan cerita pendek tentang pasangan muda

Cover_5 Judul Buku : SIAPA BILANG KAWIN ITU ENAK?: Kumpulan cerita pendek tentang pasangan muda

Penulis : Tria Barmawi

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : Cetakan 1, September 2006

Tebal : 176 halaman

Peresensi : Melody Muchransyah

“Nah, jadi kata siapa kawin itu enak? Ya kataku donk...”

(dikutip dari cerpen “Siapa Bilang Kawin Itu Enak?”)

Pertama kali gue tertarik dengan buku ini adalah karena sampulnya yang simple minimalis dengan tulisan besar yang menggelitik sebagai judulnya: “SIAPA BILANG KAWIN ITU ENAK?”. Tadinya gue pikir ini pasti buku psikologi (hehe, bangga banget, ya, jadi mahasiswa psikologi? J). Ternyata, setelah diteliti, ada sebaris tulisan kecil di bawah judulnya: “Kumpulan cerita pendek tentang pasangan muda”. Membaca kalimat itu, kening gue langsung berkerut.

Cerpen tentang pasangan muda?, pikir gue sangsi. Karena terus terang, yang ada di bayangan gue adalah sekumpulan cerpen membosankan yang bercerita tentang masalah rumah tangga yang basi dan itu-itu aja: selingkuh, anak, seks, atau masalah perceraian. Tapi setelah melirik bagian belakang cover-nya, gue jadi tertarik untuk beli (itupun belinya nyumput-nyumput biar orang-orang gak tau menjelang umur 20 sebenernya gue udah rada ngebet pengen cepet-cepet nikah! Haha...). Dan ternyata, gue jadi gak bisa tidur semaleman gara-gara buku ini!

Setelah baca, kesimpulan awal gue kalau buku ini pasti membosankan, ternyata salah besar!!! Mbak Tria (dipanggil Mbak karena jelas-jelas beliau sudah menikah) dengan piawainya meramu cerita-cerita yang biasa dan itu-itu juga menjadi cerita-cerita segar nan kocak yang bener-bener fresh dan ‘beda’.

Gaya
bercerita Mbak Tria yang kuat pada dialog membuat tokoh-tokohnya serasa dekat dengan keseharian gue. Dan, meskipun gue belum menikah (tapi berniat untuk menikah… Doain aja biar cepet-cepet dapet jodoh!), I feel like I totally can relate those stories into my very own love life! Memang sih, ada beberapa aspek yang belum terjangkau sama gue. Repotnya punya anak, misalnya, atau urusan

gaya
tidur yang berbeda dengan pasangan. Tapi tentang keinginan gue untuk dilamar secara spesial, cekcok tentang berat badan dan selera, juga kangen-kangennya saat pasangan (dalam kasus gue: pacar) lagi jauh, bener-bener bikin gue ngerasa terlibat secara emosional dengan masing-masing kisah yang ada di buku ini.

Contohnya aja, perdebatan dalam Ide, yang merupakan cerpen favorit gue, memang bener-bener terjadi dalam kehidupan pribadi gue. Di mana gue sebagai penulis, seringkali dicurigai, baik oleh pacar ataupun orang-orang sekitar gue, menulis apa yang menjadi pengalaman pribadi gue dengan sedikit modifikasi sesuai apa yang gue pengen dari kejadian itu.

Apa yang bikin gue terkagum-kagum dan terjaga semaleman demi baca buku ini sampai habis adalah bahwa buku ini menampilkan apa yang jarang sekali ada: sebuah kumpulan cerpen dengan tema tertentu yang ditulis oleh seorang penulis tunggal. Dan lebih hebatnya lagi, dengan satu tema yang sama, yakni kehidupan pasangan muda, Mbak Tria berhasil menampilkan 17 kisah yang berbeda satu sama lain namun tetap dekat di kehidupan sehari-hari pasangan muda manapun di muka bumi ini. Kisah-kisah itu, selain dilihat dari sebuah sudut pandang yang berbeda (kehidupan pasangan muda tidak melulu harus menyangkutkan masalah seks!) dan tidak menghakimi (beberapa cerpen sengaja dibuat dari sudut pandang cewek, cowok, atau orang ketiga), juga bisa menjadi sebuah buku yang memberikan inspirasi (terutama bagi gue yang lagi bersiap-siap mau nikah! Hehe…).

Biarpun buku ini ‘hanyalah’ sebuah kumpulan cerpen dan bukan buku psikologi yang ‘resmi’ (lagi-lagi menyangkut kenarsisan dan kecintaan gue yang mendalam pada psikologi), di dalamnya terdapat banyak renungan dan pelajaran yang bisa kita ambil, yang justru dengan cara pendekatan dengan cerpen yang blak-blakan ala Mbak Tria, mungkin bisa memberikan lebih banyak pelajaran daripada buku-buku psikologi yang ditulis secara monoton dan sangat teoritis. Rasanya, buku ini bakal jadi buku wajib yang bakal gue kasih ke calon suami gue nantinya, biar dia tau kalau gue juga mau dilamar secara istimewa, biar dia tau kalau gue bisa juga cemburu dengan mobilnya, dan biar dia tau kalau gue juga butuh kejutan-kejutan kecil darinya.

Satu yang disayangkan (mungkin karena ini cetakan pertama sehingga editing pasca naik cetak belum sempurna?), adalah adanya beberapa inkonsistensi (salah cetak?) dalam buku ini. Contohnya adalah penulisan nama pada cerpen Lamarlah Aku Seperti Mereka di mana pada bagian awal tertulis nama Dirgo namun di tengah-tengah nama itu berubah menjadi Dirga. Atau, misalnya, pencantuman judul yang salah (mungkin karena ada revisi judul?) dalam katalog Perpustakaan Nasional (di sana tercantum Istri Kedua Suamiku).

Intinya, buku ini bukan hanya ditujukan untuk mereka yang baru menikah atau berniat akan menikah, tapi juga untuk mereka yang sudah lama menikah (sebagai nostalgia masa-masa ribet tapi indah di awal pernikahan mereka, yang siapa tau bisa mempererat hubungan yang sekian lama sudah mereka jalin), yang belum tertarik untuk menikah (biar jadi terinspirasi kalau menikah itu ternyata sangat amat seru!), ataupun seperti gue, yang sebenernya ngebet nikah tapi belum menemukan pasangan yang cocok untuk diajak nikah, hehe... (sebagai motivator biar lebih semangat nyari calon suami! Hahaha...).

Membaca buku ini kita akan terharu, terhenyak, tertawa, dan dapat dengan mudah merefleksikan berbagai kejadian di dalamnya dengan kejadian yang kita alami sehari-hari, baik dengan suami atau istri, maupun dengan pacar (atau mantan pacar...? Ooopss...). Apalagi kalau cara bacanya seperti gue, sambil ngedengerin lagu-lagu romantis! Pokoknya, seru banget, deh! J

Bogor, 5 Novermber 2006

Melody Muchransyah

Mahasiswi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok

Review Rini

Dari http://rinurbad.multiply.com/reviews/item/107

Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Tria Barmawi

Terinspirasi dari Apresiasi Resensi Buku Apsas, saya memberi skor pada resensi kumcer ini aga tidak membosankan.
Judul : 7. Provokatif dan memancing rasa ingin tahu. Tapi bisa ‘menyesatkan’ sebab dua wanita yang berdiri di dekat saya di GM bilang, “Siapa bilang kawin itu enak? Nah lho!” Tentu mereka tidak membaca sub judul di bawahnya, yang menjelaskan bahwa ini bukan buku non fiksi jenis how to. Menilik bagian dalam, judul semula adalah ‘Istri Kedua Suamiku’. Meski cukup menarik perhatian (karena sebenarnya yang dimaksud adalah sebuah mobil), judul tersebut akan membuat kumcer ini diduga mirip dengan buku sejenis seperti ‘Mahligai Kedua’ karya Taufan E. Prast.
Pembagian bab: 8. Penomoran sesuai urutan sudah cukup membosankan. Tria berhasil memenuhi syarat wajib kumcer, yakni benang merah yang kuat.
Ucapan Terima Kasih, Komentar dan Tentang Pengarang : 7,5. Sederhana tetapi kreatif dan inspiratif. Ada baiknya komentar Anung dirombak lebih ‘dewasa’ agar rasa perkawinan yang merebak di kumcer yang serius tapi santai ini lebih kental.
Nilai tertinggi (9) jatuh pada ‘Ketika Kau Jauh’ dan ‘Ketika Lidah Jadi Masalah’. Bahkan KLJM berhak atas skor 9,5. Pasalnya, cerpen segar ini berlatar Malaysia yang terbilang jarang diangkat walau ada tema serupa di ‘Kentang’. KKJ memberi penghayatan personal karena saat membacanya, saya sedang terpisah 300 kilometer jauhnya dari suami.
‘Di Kamar Tidur’, ‘Lamarlah Aku Seperti Mereka’, “Kejutan yang Tertunda”, ‘Jealousy”, dan ‘Mars dan Venus” menduduki peringkat berikut. DKT menunjukkan bahwa urusan kamar tidur bagi suami-istri sangat luas dan tidak hanya menyangkut hubungan intim. Saya tergelak menyimak MnV. Perempuan memang juara masalah meributkan hal-hal sepele. Saya pribadi kurang percaya pada pengkotakan ala MnV itu. Skor: 8.
Keseragaman amat terasa pada beberapa cerpen, di antaranya ‘The Most Sensitive Person in The World’, ‘Takut’, ‘Ide’, dan ‘Rumah Cinta’. Gagasan dasarnya bagus, akan tetapi sudut pandang yang sama dan dominiasi dialog menjadikannya monoton. ‘Telah Terbiasa’ layak atas skor 8 kalau saja di akhir kisah Dimas mengalami kecelakaan atau bahkan tewas, sehingga Irma mendapat pelajaran agar berhati-hati atas suatu keinginan. ‘Laki-Perempuan, yang Penting Mirip’ akan sejajar dengan SBKIE kalau saja Medi diceritakan ngidam. Apapun, Tria sukses mengajak saya melihat berbagai persoalan rumahtangga muda (di bawah 10 tahun, asumsi saya) dengan senyum dan tawa.

Review Chelly

Dari http://purple-sally3.blogspot.com/

Siapa Bilang Kawin Itu Enak?

Judul : SIAPA BILANG KAWIN ITU ENAK?
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Tria Barmawi
Halaman : 168

Menarik, lucu, dan dikemas dalam bentuk yang sederhana tapi apik (bagus). Buku ini bisa dijadikan referensi dan hiburan bagi pasangan muda yang akan atau pun sudah menikah. Covernya yang simpel (sederhana) yang menggambarkan dua pasangan muda yang akan menikah, tetap terlihat menarik, semenarik judulnya.

Cerita-ceritanya ringan, penuh cinta di mana-mana, tidak dibuat-buat, bahkan seperti cerita kehidupan yang sebenarnya sering dialami oleh pasangan yang akan atau sedang menikah. Inti dari kumpulan cerpen ini juga sangat ‘mengena’. Intinya, walaupun saat menikah nanti akan selalu ada berbagai masalah di dalamnya, tapi kita juga bisa meyakini bahwa itu semua dapat dilalui dengan adanya kejujuran, komunikasi yang baik, saling mengerti, dan kembali pada perasaan cinta pada pasangan. Kita dapat mengambil sisi baik serta positif dari cerpen-cerpen yang ada.
Membaca cerita-cerita pendek dalam buku ini dapat membuat kita tertawa atau tersenyum-senyum sendiri, karena beberapa cerita yang memang kocak. Penulis cukup piawai untuk mengungkapkan isi cerita sehingga terasa mengalir apa adanya. Cerpen-cerpen ini memang selalu berdasar pada cinta sehingga selalu berakhir pula dengan rasa bahagia.

Sebagai saran, mungkin nanti kalau dibuat lanjutan ‘Siapa Bilang Kawin itu Enak? bagian kedua’ , bisa lebih dieksplorasi lagi isi cerita yang lebih serius, seperti banyak pasangan muda yang baru menikah sesaat lalu cerai atau ada juga yang begitu mudahnya mengucapkan kata cerai padahal baru menikah, tapi dikemas dalam bentuk yang sederhana seperti sekarang. Sehingga dengan masalah yang lebih luas, pembaca dapat belajar, lebih memahami, serta benar-benar menjaga perkawinan yang sudah ada. Selain itu juga bisa diselipkan tips-tips singkat (yang juga sederhana tapi mengena) untuk pasangan muda agar hubungan tetap awet sampai nantinya (hanya sekedar saran, sih).
Secara keseluruhan sih, buku ini baguuuuus (karena memang apa adanya banget), apalagi untuk saya yang belum menikah, membuat saya jadi ber ‘ooo’ baca buku ini (karena jadi tahu).
Temanya juga unik, beda dari yang biasanya.

Cerpen-cerpen favorit : Siapa Bilang Kawin itu Enak?, Di Kamar Tidur, dan Laki-Perempuan, yang Penting Mirip.
Cerpen-cerpen lainnya juga nggak kalah menarik untuk disimak. Rasanya kalau sudah beli, jadi ingin cepat-cepat baca sampai selesai. Bagi para pecinta cerpen, nggak rugi dan nggak bakal nyesel deh beli buku ini (apalagi temanya tentang menikah, yuuk).

Thursday, October 12, 2006

Lomba Komentar. Tulis Komentar dapet buku?? Rugi kalau nggak ikut!

Yok, tulis komentar di situs/blog kamu tentang dua buku berikut:

1. Lost in Teleporter -novel Metropop
http://lostinteleporter.blogspot.com
2. Siapa Bilang Kawin itu Enak? -kumpulan cerpen Metropop
http://siapabilang.blogspot.com

Bentuk komentar bebas, tidak usah berupa resensi.
Review, kesan, saran, kritik, resensi, semuanya diterima. Yang penting bermanfaat dan bisa
memberikan feedback.

Caranya?
1. Posting komentar di website/weblog masing-masing
2. Kirim email ke booksbytria@gmail.com dengan ketentuan
Subjek: Komentar di http://namasitusmasing-masing
Isi:
Nama, alamat situs, alamat pengiriman hadiah jika menang (alamat Indonesia!)
3. Posting komentar & email paling lambat tanggal 15 Desember 2006
4. Pemenang akan diumumkan tanggal 1 Januari 2007 melalui email masing-masing, di situs
http://triabarmawi.net dan di mailing list.

Hadiahnya, jadi new year surprise buat pemenangnya :-)

Kelompok I: komentator Lost in Teleporter
pemenang 1:
- Gone with The Wind karya Margaret Mitchell (hard cover), GPU 2002
- Siapa Bilang Kawin itu Enak? autographed copy
pemenang 2 dan 3 : Siapa Bilang Kawin itu Enak? autographed copy

Kelompok II: komentator Siapa Bilang Kawin itu Enak?
pemenang 1:
- Wanita karya Paul I. Wellman (hard cover), GPU 2005
- Lost in Teleporter autographed copy
pemenang 2 dan 3: Lost in Teleporter autographed copy

Satu komentator terbaik (overall) akan mendapatkan satu hadiah tambahan:
- Four Blind Mice, James Patterson. Edisi bahasa Inggris. Hardcover.

Detail hadiah dapat dilihat di http://triabarmawi.net/lomba.htm

Tulis komentar dapet buku? Pasti nggak nyesel. Ditunggu!!

FAQ
====
1. Bagaimana kalau mau ikut memberi komentar, tapi tidak punya situs/blog sendiri?
Maaf sekali, lomba kali ini khusus untuk diposting di situs/blog masing-masing. Jadi kalau belum punya situs/
blog sendiri, lebih baik buat aja dulu satu blog :-) Bisa pakai friendster blog, blogger, multiply, blogsome...banyak pilihan.
2. Kalau sudah pernah membuat komentar sebelumnya, apa masih bisa ikutan?
Boleh. Tolong posting saja kembali komentar yang sudah pernah dibuat dan kirim email sesuai petunjuk diatas.
3. Apa yang di luar negeri boleh ikutan?
Boleh saja, tapi alamat pengiriman hadiah tetap harus di Indonesia ya :-)

Monday, September 18, 2006

Terbit!

Yuk...cari di toko buku! Sekarang yaaa....:-D

Thursday, September 14, 2006

Menghitung Hari

Siapa Bilang Kawin itu Enak? bakalan terbit tanggal 19 September 2006!
Mulai siap-siap berburu di toko buku ya!

Sunday, August 27, 2006

Kata Mereka (Blurbs)

Yang Lajang-ers bilang

Seru! Kocak! Cerita-ceritanya realistis. Sebagian cerita, serasa nyeritain kisah hidup keluarga Tria sendiri. Sebagian yang lain, serasa bercermin ke kehidupan yang dialami sendiri.
Membaca cerita-cerita di dalamnya seolah-olah membaca buku psikologi praktis tentang perkawinan. Gimana cara pasangan muda beradaptasi dan berkompromi dengan kehidupan barunya, dengan egoisme masing-masing, dan gimana cara lelaki "harus" memahami wanita pasangannya (karena wanita sulit dimengerti ™).
Cerita favorit: Siapa Bilang Kawin itu Enak?
(Noe, cowok yang bertekad nggak akan mengadakan resepsi pernikahan)

Manis, ringan, penuh warna, ada cinta. Sense of humour yang bagus. Pena Tria bergerak lebih lincah di kumpulan cerpen ini. Cocok untuk pasangan, tapi bukan untuk selingkuhan!
Cerita favorit: Ketika Lidah Jadi Masalah
(Syafrina Siregar, single white female, penulis Life Begins at Fatty, My Two Lovers & April Cafe)

Yang nggak single lagi bilang

Pernikahan memang sering memberi kejutan-kejutan, baik bagi pasangan yang baru atau pun sudah lama menikah. Dalam proses perkenalan pranikah, siapa yang mengira bahwa gaya tidur pasangannya bisa jadi masalah yang memusingkan di kemudian hari? Atau akan ada kerinduan terhadap getar-getar asmara seperti dalam masa perkenalan dulu?
Dalam tulisannya ini Tria bisa merefleksikan cara berpikirnya dalam menghadapi konflik-konflik yang mungkin timbul dalam pernikahan pasangan muda, yaitu dengan komunikasi dan kompromi
Cerita favorit: Siapa Bilang Kawin itu Enak?
(Wiwi, menikah 7 tahun, ibu erte yang nggak desperate)

Kumpulan cerpen yang ringan tapi sarat makna yang mudah-mudahan bisa memberikan sedikit pencerahan baru pada pembaca yang sudah menikah dan ingin menikah maupun yang belum menikah dan belum ingin menikah. Membaca cerpen-cerpen ini membuat saya tertawa, berpikir, dan membuat saya ingin menikah lagi! Aduh! Sakit! Bercanda koq sayaaang, bercanda koq! Adauuuw! Sakit tau! Adaaaaaauuuuw… ampuuuuuu…n!
Cerita favorit: Ide
(Anung, menikah 4 tahun, terjebak dengan wanita yang sulit dimengerti)

Bagus banget. Cerita2nya sederhana, tp bener2 mengangkat kenyataan sehari2 yg pasti terjadi dalam rumah tangga, terutama yg baru saja dibangun. Buku ini sangat perlu dibaca, utk mengingatkan para pasangan muda bahwa kehidupan rumah tangga tdk selamanya seperti "fairy-tale" semacam Cinderella, bahwa pernikahan atau rumah tangga bukanlah tempat utk merubah atau memperbaiki masing2 individu, tp tempat utk saling beradaptasi. Krn pernikahan terdiri dr 2 individu yg berbeda, apakah berbeda kebangsaan atau berbeda suku atau berbeda sifat, tetap pada dasarnya berbeda. Dan perbedaan itu lah yg perlu diselaraskan dgn adaptasi. Basically, it's easier to adapt than to change or fix. Perlu adanya komunikasi yg baik utk melancarkan jalannya biduk rumah tangga.
(Ria, menikah 4 tahun, punya pasangan berbeda bangsa)

Kumpulan cerpen ini sukses membuat saya tertawa-tawa, manggut-manggut, dan sibuk berkomentar, “Bener banget!” Saat melembari satu demi satu cerpen-cerpen ini, saya semakin merasa bahwa perempuan dan laki-laki itu memang beda, tapi bukannya lalu tidak bisa bersama. Sebagai perempuan, saya mesti bilang, “Boys, can’t live with them, can’t live without them!” Beberapa cerpen membuat saya melirik suami saya dari balik buku. Soalnya cerpen-cerpen itu mirip banget dengan pengalaman pribadi saya sih!
Cerpen favorit: Lamarlah Aku Seperti Mereka
(Clara, menikah 4 tahun, maunya sih honeymoon terus)

Mau tambah blurbs??
Kirim aja ke booksbytria@gmail.com

Segera Terbit!




Siapa sih yang bilang kawin itu enak?
Sini, aku kasih tahu, ya!! Satu. Camkan. Persiapan pernikahan adalah mimpi buruk.
Dari soal undangan, seragam, katering dan semua ritual yang bikin pusing.
Dan Hari-H, yang seharusnya jadi puncak kebahagiaan, jadi obat pelipur segala lelah yang telah dijalani, yang seharusnya adalah hari saat kamu jadi raja atau ratu... sebenarnya adalah puncak mimpi buruk itu. Nggak percaya?


Silakan baca sendiri kalau tidak percaya!

Cerita pendek berjudul Siapa Bilang Kawin itu Enak? hanya satu dari kumpulan cerita pendek tentang kehidupan pasangan muda dalam buku ini. Beragam cerita menggelitik dan inspiratif di dalamnya, dari penderitaan di balik megahnya pesta perkawinan sampai keributan di kamar tidur. Membuka mata akan sulitnya menyatukan dua jiwa yang berbeda dalam satu biduk. Sekaligus mengingatkan kembali akan cinta yang menjadi dasar sebuah mahligai perkawinan

"manis, ringan, penuh warna, ada cinta. ..." Syafrina (cerpen favorit Ketika
Lidah Jadi Masalah
)

"membaca cerpen-cerpen ini membuat saya tertawa, berpikir, dan membuat saya
ingin menikah lagi!" Anung (cerpen favorit Ide)