Thursday, November 16, 2006

Review Rini

Dari http://rinurbad.multiply.com/reviews/item/107

Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Tria Barmawi

Terinspirasi dari Apresiasi Resensi Buku Apsas, saya memberi skor pada resensi kumcer ini aga tidak membosankan.
Judul : 7. Provokatif dan memancing rasa ingin tahu. Tapi bisa ‘menyesatkan’ sebab dua wanita yang berdiri di dekat saya di GM bilang, “Siapa bilang kawin itu enak? Nah lho!” Tentu mereka tidak membaca sub judul di bawahnya, yang menjelaskan bahwa ini bukan buku non fiksi jenis how to. Menilik bagian dalam, judul semula adalah ‘Istri Kedua Suamiku’. Meski cukup menarik perhatian (karena sebenarnya yang dimaksud adalah sebuah mobil), judul tersebut akan membuat kumcer ini diduga mirip dengan buku sejenis seperti ‘Mahligai Kedua’ karya Taufan E. Prast.
Pembagian bab: 8. Penomoran sesuai urutan sudah cukup membosankan. Tria berhasil memenuhi syarat wajib kumcer, yakni benang merah yang kuat.
Ucapan Terima Kasih, Komentar dan Tentang Pengarang : 7,5. Sederhana tetapi kreatif dan inspiratif. Ada baiknya komentar Anung dirombak lebih ‘dewasa’ agar rasa perkawinan yang merebak di kumcer yang serius tapi santai ini lebih kental.
Nilai tertinggi (9) jatuh pada ‘Ketika Kau Jauh’ dan ‘Ketika Lidah Jadi Masalah’. Bahkan KLJM berhak atas skor 9,5. Pasalnya, cerpen segar ini berlatar Malaysia yang terbilang jarang diangkat walau ada tema serupa di ‘Kentang’. KKJ memberi penghayatan personal karena saat membacanya, saya sedang terpisah 300 kilometer jauhnya dari suami.
‘Di Kamar Tidur’, ‘Lamarlah Aku Seperti Mereka’, “Kejutan yang Tertunda”, ‘Jealousy”, dan ‘Mars dan Venus” menduduki peringkat berikut. DKT menunjukkan bahwa urusan kamar tidur bagi suami-istri sangat luas dan tidak hanya menyangkut hubungan intim. Saya tergelak menyimak MnV. Perempuan memang juara masalah meributkan hal-hal sepele. Saya pribadi kurang percaya pada pengkotakan ala MnV itu. Skor: 8.
Keseragaman amat terasa pada beberapa cerpen, di antaranya ‘The Most Sensitive Person in The World’, ‘Takut’, ‘Ide’, dan ‘Rumah Cinta’. Gagasan dasarnya bagus, akan tetapi sudut pandang yang sama dan dominiasi dialog menjadikannya monoton. ‘Telah Terbiasa’ layak atas skor 8 kalau saja di akhir kisah Dimas mengalami kecelakaan atau bahkan tewas, sehingga Irma mendapat pelajaran agar berhati-hati atas suatu keinginan. ‘Laki-Perempuan, yang Penting Mirip’ akan sejajar dengan SBKIE kalau saja Medi diceritakan ngidam. Apapun, Tria sukses mengajak saya melihat berbagai persoalan rumahtangga muda (di bawah 10 tahun, asumsi saya) dengan senyum dan tawa.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home