Thursday, November 16, 2006

Review Siska Utari

Dari http://siskautari.multiply.com/reviews/item/6

Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Tria Barmawi

Hwaaaaaa!
Finally...terbit satu lagi bukunya Iya. Kali ini bukan novel, melainkan kumpulan cerpen. Sebenernya saya ingin autographed versionnya kaya buku yang pertama, tapi berhubung Iya-nya lagi jauh di Malay dan saya nggak sabar menanti bukunya, akhirnya saya beli sendiri di Gramed (To Iya : Ntar kalo mudik tandatanganin yah :D).

Buku ini menarik banget...asli keren! Gaya berceritanya Iya banget. Jujur, blak - blakan, dan membuat saya nggak bisa berhenti membaca sampai cerpen terakhir.
Buku ini berisi kisah2 pasangan muda memulai dunianya bersama setelah selama ini menjalaninya terpisah. Bagaimana sebuah pernikahan yang selalu digambarkan happily ever after, sangat indah sehingga layak untuk diimpi-impikan, sehingga seringkali kita sering diburu-buru untuk melakukannya, ternyata faktanya gak seindah fairy tale. Banyak friksi, banyak konflik. Dari mulai saat lamaran, saat wedding party, pertama kali 'bertemu' di tempat tidur, tinggal bersama, penyesuaian soal selera, dll, dll.
Cocok banget dibaca buat yang belum merid (dan yang akan merid) supaya tidak terlalu bermimpi di awang2 (kalo mimpi terlalu tinggi, sakit jatohnya :D), sama buat yang udah merid untuk mengenang masa2 awal pernikahan.

Personally, buat saya, buku ini berhasil membuat kekhawatiran - kekhawatiran saya mengenai 'hidup bersama' (baca : menikah) menjadi sesuatu yang reasonable. Gimana saya takut banget kalo pesta pernikahan saya nanti nggak bisa berjalan lancar sesuai impian saya, tamu gak puas, saya nggak puas. Gimana saya takut banget kalo nanti nggak bisa tinggal serumah (even SEKAMAR) dengan suami saya karena saya sangat self-centered dan punya standard2 khusus yang sulit disesuaikan dengan orang lain (termasuk keluarga saya :D). Gimana saya takut banget kalo nanti nggak bisa menjadi istri, ibu dan mertua yang baik karena saya nggak bisa masak, saya workaholic dan saya benci tangisan bayi. Gimana saya takut banget kalo nanti saya nggak bisa mewujudkan rumah tangga yang SaMaRa dan akhirnya harus bercerai (Duh, amit2!) karena saya termasuk orang yang 'susah' dan sering kali terlibat konflik dengan orang lain, termasuk abang...yang insya Allah saya pilih untuk menjadi teman sehidup semati saya. Gimana kalo nanti ini...gimana kalo nanti itu.....banyak banget.
Dan setiap kali saya ditanya "Kapan nikah?" saya selalu nggak bisa menjawab, karena saya merasa belum siap menghadapi semua kekhawatiran2 saya tersebut. Dan setiap kali orang selalu mengatakan bahwa kekhawatiran saya itu nggak beralasan. Hah! Sekarang saya bisa bilang kalo kekhawatiran itu emang beralasan. Kalo saya benar! Dan saya memang harus khawatir dan saya harus siap menghadapi semua hal-hal yang menakutkan itu, supaya nanti saya bisa bilang kalo 'Kawin Itu Enak'. Hehehe...Thanks to Iya.

Cerpen favorit saya? SEMUANYA :D

Review Melody

dari http://novel_makcomblang.blogs.friendster.com/melodys_blog/

SIAPA BILANG KAWIN ITU ENAK?:

Kumpulan cerita pendek tentang pasangan muda

Cover_5 Judul Buku : SIAPA BILANG KAWIN ITU ENAK?: Kumpulan cerita pendek tentang pasangan muda

Penulis : Tria Barmawi

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : Cetakan 1, September 2006

Tebal : 176 halaman

Peresensi : Melody Muchransyah

“Nah, jadi kata siapa kawin itu enak? Ya kataku donk...”

(dikutip dari cerpen “Siapa Bilang Kawin Itu Enak?”)

Pertama kali gue tertarik dengan buku ini adalah karena sampulnya yang simple minimalis dengan tulisan besar yang menggelitik sebagai judulnya: “SIAPA BILANG KAWIN ITU ENAK?”. Tadinya gue pikir ini pasti buku psikologi (hehe, bangga banget, ya, jadi mahasiswa psikologi? J). Ternyata, setelah diteliti, ada sebaris tulisan kecil di bawah judulnya: “Kumpulan cerita pendek tentang pasangan muda”. Membaca kalimat itu, kening gue langsung berkerut.

Cerpen tentang pasangan muda?, pikir gue sangsi. Karena terus terang, yang ada di bayangan gue adalah sekumpulan cerpen membosankan yang bercerita tentang masalah rumah tangga yang basi dan itu-itu aja: selingkuh, anak, seks, atau masalah perceraian. Tapi setelah melirik bagian belakang cover-nya, gue jadi tertarik untuk beli (itupun belinya nyumput-nyumput biar orang-orang gak tau menjelang umur 20 sebenernya gue udah rada ngebet pengen cepet-cepet nikah! Haha...). Dan ternyata, gue jadi gak bisa tidur semaleman gara-gara buku ini!

Setelah baca, kesimpulan awal gue kalau buku ini pasti membosankan, ternyata salah besar!!! Mbak Tria (dipanggil Mbak karena jelas-jelas beliau sudah menikah) dengan piawainya meramu cerita-cerita yang biasa dan itu-itu juga menjadi cerita-cerita segar nan kocak yang bener-bener fresh dan ‘beda’.

Gaya
bercerita Mbak Tria yang kuat pada dialog membuat tokoh-tokohnya serasa dekat dengan keseharian gue. Dan, meskipun gue belum menikah (tapi berniat untuk menikah… Doain aja biar cepet-cepet dapet jodoh!), I feel like I totally can relate those stories into my very own love life! Memang sih, ada beberapa aspek yang belum terjangkau sama gue. Repotnya punya anak, misalnya, atau urusan

gaya
tidur yang berbeda dengan pasangan. Tapi tentang keinginan gue untuk dilamar secara spesial, cekcok tentang berat badan dan selera, juga kangen-kangennya saat pasangan (dalam kasus gue: pacar) lagi jauh, bener-bener bikin gue ngerasa terlibat secara emosional dengan masing-masing kisah yang ada di buku ini.

Contohnya aja, perdebatan dalam Ide, yang merupakan cerpen favorit gue, memang bener-bener terjadi dalam kehidupan pribadi gue. Di mana gue sebagai penulis, seringkali dicurigai, baik oleh pacar ataupun orang-orang sekitar gue, menulis apa yang menjadi pengalaman pribadi gue dengan sedikit modifikasi sesuai apa yang gue pengen dari kejadian itu.

Apa yang bikin gue terkagum-kagum dan terjaga semaleman demi baca buku ini sampai habis adalah bahwa buku ini menampilkan apa yang jarang sekali ada: sebuah kumpulan cerpen dengan tema tertentu yang ditulis oleh seorang penulis tunggal. Dan lebih hebatnya lagi, dengan satu tema yang sama, yakni kehidupan pasangan muda, Mbak Tria berhasil menampilkan 17 kisah yang berbeda satu sama lain namun tetap dekat di kehidupan sehari-hari pasangan muda manapun di muka bumi ini. Kisah-kisah itu, selain dilihat dari sebuah sudut pandang yang berbeda (kehidupan pasangan muda tidak melulu harus menyangkutkan masalah seks!) dan tidak menghakimi (beberapa cerpen sengaja dibuat dari sudut pandang cewek, cowok, atau orang ketiga), juga bisa menjadi sebuah buku yang memberikan inspirasi (terutama bagi gue yang lagi bersiap-siap mau nikah! Hehe…).

Biarpun buku ini ‘hanyalah’ sebuah kumpulan cerpen dan bukan buku psikologi yang ‘resmi’ (lagi-lagi menyangkut kenarsisan dan kecintaan gue yang mendalam pada psikologi), di dalamnya terdapat banyak renungan dan pelajaran yang bisa kita ambil, yang justru dengan cara pendekatan dengan cerpen yang blak-blakan ala Mbak Tria, mungkin bisa memberikan lebih banyak pelajaran daripada buku-buku psikologi yang ditulis secara monoton dan sangat teoritis. Rasanya, buku ini bakal jadi buku wajib yang bakal gue kasih ke calon suami gue nantinya, biar dia tau kalau gue juga mau dilamar secara istimewa, biar dia tau kalau gue bisa juga cemburu dengan mobilnya, dan biar dia tau kalau gue juga butuh kejutan-kejutan kecil darinya.

Satu yang disayangkan (mungkin karena ini cetakan pertama sehingga editing pasca naik cetak belum sempurna?), adalah adanya beberapa inkonsistensi (salah cetak?) dalam buku ini. Contohnya adalah penulisan nama pada cerpen Lamarlah Aku Seperti Mereka di mana pada bagian awal tertulis nama Dirgo namun di tengah-tengah nama itu berubah menjadi Dirga. Atau, misalnya, pencantuman judul yang salah (mungkin karena ada revisi judul?) dalam katalog Perpustakaan Nasional (di sana tercantum Istri Kedua Suamiku).

Intinya, buku ini bukan hanya ditujukan untuk mereka yang baru menikah atau berniat akan menikah, tapi juga untuk mereka yang sudah lama menikah (sebagai nostalgia masa-masa ribet tapi indah di awal pernikahan mereka, yang siapa tau bisa mempererat hubungan yang sekian lama sudah mereka jalin), yang belum tertarik untuk menikah (biar jadi terinspirasi kalau menikah itu ternyata sangat amat seru!), ataupun seperti gue, yang sebenernya ngebet nikah tapi belum menemukan pasangan yang cocok untuk diajak nikah, hehe... (sebagai motivator biar lebih semangat nyari calon suami! Hahaha...).

Membaca buku ini kita akan terharu, terhenyak, tertawa, dan dapat dengan mudah merefleksikan berbagai kejadian di dalamnya dengan kejadian yang kita alami sehari-hari, baik dengan suami atau istri, maupun dengan pacar (atau mantan pacar...? Ooopss...). Apalagi kalau cara bacanya seperti gue, sambil ngedengerin lagu-lagu romantis! Pokoknya, seru banget, deh! J

Bogor, 5 Novermber 2006

Melody Muchransyah

Mahasiswi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok

Review Rini

Dari http://rinurbad.multiply.com/reviews/item/107

Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Tria Barmawi

Terinspirasi dari Apresiasi Resensi Buku Apsas, saya memberi skor pada resensi kumcer ini aga tidak membosankan.
Judul : 7. Provokatif dan memancing rasa ingin tahu. Tapi bisa ‘menyesatkan’ sebab dua wanita yang berdiri di dekat saya di GM bilang, “Siapa bilang kawin itu enak? Nah lho!” Tentu mereka tidak membaca sub judul di bawahnya, yang menjelaskan bahwa ini bukan buku non fiksi jenis how to. Menilik bagian dalam, judul semula adalah ‘Istri Kedua Suamiku’. Meski cukup menarik perhatian (karena sebenarnya yang dimaksud adalah sebuah mobil), judul tersebut akan membuat kumcer ini diduga mirip dengan buku sejenis seperti ‘Mahligai Kedua’ karya Taufan E. Prast.
Pembagian bab: 8. Penomoran sesuai urutan sudah cukup membosankan. Tria berhasil memenuhi syarat wajib kumcer, yakni benang merah yang kuat.
Ucapan Terima Kasih, Komentar dan Tentang Pengarang : 7,5. Sederhana tetapi kreatif dan inspiratif. Ada baiknya komentar Anung dirombak lebih ‘dewasa’ agar rasa perkawinan yang merebak di kumcer yang serius tapi santai ini lebih kental.
Nilai tertinggi (9) jatuh pada ‘Ketika Kau Jauh’ dan ‘Ketika Lidah Jadi Masalah’. Bahkan KLJM berhak atas skor 9,5. Pasalnya, cerpen segar ini berlatar Malaysia yang terbilang jarang diangkat walau ada tema serupa di ‘Kentang’. KKJ memberi penghayatan personal karena saat membacanya, saya sedang terpisah 300 kilometer jauhnya dari suami.
‘Di Kamar Tidur’, ‘Lamarlah Aku Seperti Mereka’, “Kejutan yang Tertunda”, ‘Jealousy”, dan ‘Mars dan Venus” menduduki peringkat berikut. DKT menunjukkan bahwa urusan kamar tidur bagi suami-istri sangat luas dan tidak hanya menyangkut hubungan intim. Saya tergelak menyimak MnV. Perempuan memang juara masalah meributkan hal-hal sepele. Saya pribadi kurang percaya pada pengkotakan ala MnV itu. Skor: 8.
Keseragaman amat terasa pada beberapa cerpen, di antaranya ‘The Most Sensitive Person in The World’, ‘Takut’, ‘Ide’, dan ‘Rumah Cinta’. Gagasan dasarnya bagus, akan tetapi sudut pandang yang sama dan dominiasi dialog menjadikannya monoton. ‘Telah Terbiasa’ layak atas skor 8 kalau saja di akhir kisah Dimas mengalami kecelakaan atau bahkan tewas, sehingga Irma mendapat pelajaran agar berhati-hati atas suatu keinginan. ‘Laki-Perempuan, yang Penting Mirip’ akan sejajar dengan SBKIE kalau saja Medi diceritakan ngidam. Apapun, Tria sukses mengajak saya melihat berbagai persoalan rumahtangga muda (di bawah 10 tahun, asumsi saya) dengan senyum dan tawa.

Review Chelly

Dari http://purple-sally3.blogspot.com/

Siapa Bilang Kawin Itu Enak?

Judul : SIAPA BILANG KAWIN ITU ENAK?
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Tria Barmawi
Halaman : 168

Menarik, lucu, dan dikemas dalam bentuk yang sederhana tapi apik (bagus). Buku ini bisa dijadikan referensi dan hiburan bagi pasangan muda yang akan atau pun sudah menikah. Covernya yang simpel (sederhana) yang menggambarkan dua pasangan muda yang akan menikah, tetap terlihat menarik, semenarik judulnya.

Cerita-ceritanya ringan, penuh cinta di mana-mana, tidak dibuat-buat, bahkan seperti cerita kehidupan yang sebenarnya sering dialami oleh pasangan yang akan atau sedang menikah. Inti dari kumpulan cerpen ini juga sangat ‘mengena’. Intinya, walaupun saat menikah nanti akan selalu ada berbagai masalah di dalamnya, tapi kita juga bisa meyakini bahwa itu semua dapat dilalui dengan adanya kejujuran, komunikasi yang baik, saling mengerti, dan kembali pada perasaan cinta pada pasangan. Kita dapat mengambil sisi baik serta positif dari cerpen-cerpen yang ada.
Membaca cerita-cerita pendek dalam buku ini dapat membuat kita tertawa atau tersenyum-senyum sendiri, karena beberapa cerita yang memang kocak. Penulis cukup piawai untuk mengungkapkan isi cerita sehingga terasa mengalir apa adanya. Cerpen-cerpen ini memang selalu berdasar pada cinta sehingga selalu berakhir pula dengan rasa bahagia.

Sebagai saran, mungkin nanti kalau dibuat lanjutan ‘Siapa Bilang Kawin itu Enak? bagian kedua’ , bisa lebih dieksplorasi lagi isi cerita yang lebih serius, seperti banyak pasangan muda yang baru menikah sesaat lalu cerai atau ada juga yang begitu mudahnya mengucapkan kata cerai padahal baru menikah, tapi dikemas dalam bentuk yang sederhana seperti sekarang. Sehingga dengan masalah yang lebih luas, pembaca dapat belajar, lebih memahami, serta benar-benar menjaga perkawinan yang sudah ada. Selain itu juga bisa diselipkan tips-tips singkat (yang juga sederhana tapi mengena) untuk pasangan muda agar hubungan tetap awet sampai nantinya (hanya sekedar saran, sih).
Secara keseluruhan sih, buku ini baguuuuus (karena memang apa adanya banget), apalagi untuk saya yang belum menikah, membuat saya jadi ber ‘ooo’ baca buku ini (karena jadi tahu).
Temanya juga unik, beda dari yang biasanya.

Cerpen-cerpen favorit : Siapa Bilang Kawin itu Enak?, Di Kamar Tidur, dan Laki-Perempuan, yang Penting Mirip.
Cerpen-cerpen lainnya juga nggak kalah menarik untuk disimak. Rasanya kalau sudah beli, jadi ingin cepat-cepat baca sampai selesai. Bagi para pecinta cerpen, nggak rugi dan nggak bakal nyesel deh beli buku ini (apalagi temanya tentang menikah, yuuk).